Salah satu contoh mineral karbonat adalah dolomit. Berdasrkan hasil pemetaan semi mikro yang dilaksanakan oleh Proyek Pemetaan Bahan Galian Golongan C TA.1993/1994 dolomit dijumpai di Kab. Tanah Karo dan Kab. Dairi. Kesampaian lokasi tersebut sangat baik dari segi sarana maupun prasarana yaitu dapat ditempuh melalui jalan beraspal dengan menggunakan bus atau kendaraan roda dua.
Dolomit yang dijumpai di daerah pengukuran pada umumnya bersifat keras, pada beberapa tempat menunjukan retakan-retakan yang terisi mineral-mineral kalsit sebagai mineral sekunder. Tidak dijumpai unsure geologi stuktur seperti strike/dip yang membantu untuk mengetahui arah penyebaran maupun ketebalan dolomit.
Dolomit yang terdapat di lokasi pengukuran merupakan batuan hasil dolomitisasi batuan gamping. Secara fisik telah dikekarkan dan kekar-kekar tersebut terisi oleh mineral-mineral kalsit. Singkapan segar dijumpai pada tebing-tebing sungai Maken Desa Kutambaru. Pengamatan pada singkapan menunjukkan bahwa dolomit ini mempunyai warna kekuningan sampai kemerahan serta bersifat keras. Sebagian besar dolomit yang terdapat di lokasi pengukuran telah mengalami pelapukan mekanis maupun pelapukan kimia dengan menghasilkan “residual soil” sebagai tanah penutup. Tanah pelapukan pada umumnya berwarna kekuningan sampai kemerahan dengan ketebalan antara 0,25 – 0,80 dan bersifat liat.
Berdasarkan pengujian lapangan dengan tetes asam khlorida (HCL) sebagian besar batuan menunjukkan reaksi yang tidak terlalu kuat sehingga diperkirakan kandungan MgO batuan ini cukup tinggi. Dari hasil uji lapangan sementara dolomit yang terdapat di daerah pengukuran di klasifikasikan sebagai dolomit berkalsium yaitu dengan kadar MgO berkisar dari 0,9 sampai 19,7 persen. Pada beberapa tempat reaksi cukup kuat yang menunjukkan kadar CaO tinggi. Untuk memperoleh kadar MgO dan CaO yang akurat diperlukan pengujian-pengujian laboratorium terhadap beberapa contoh batuan.
Disamping dolomite di lokasi pengukuran juga terdapat mineral-mineral kalsit sebagai material pengisi kekar-kekar dolomit. Walaupun secara fisik mineral-mineral kalsit ini dinilai cukup baik tetapi tidak terdapat dalam jumlah yang besar sehingga dianggap tidak memiliki nilai ekonomis. Berdasrkan rekonstruksi geologi dan beda tinggi dilapangan ketebalan dolomite diperkirakan mencapai 50 m sehingga cadangan dolomite pada daerah pengukuran mencapai kura lebih 100.000.000 m3 (cadangan geologi). Untuk mengetahui besar cadangan pasti diperlukan pemboran-pemboran eksplorasi dan sumur uji pada beberapa titik pengamatan.
Dolomit merupakan bahan baku yang cukup luas penggunaannya, antara lain digunakan dalam industri gelas dan kaca lembaran, industri keramik dan porselen, industri refraktori, pupuk dan pertanian. Manfaat dolomit selain untuk pupuk antara lain adalah untuk industri refraktori, semen, kertas dan pengeboran minyak. Kesesuaian dolomit sebagai bahan baku keperluan tertentu tergantung pada komposisi dolomit. Untuk itu perlu adanya analisa contoh sehingga penggunaannya dapat diarahkan secara tepat sesuai komposisinya. Dari pengujian lapangan yang telah diuraikan sebelumnya terdapat dolomit dengan kandungan CaO tinggi sehingga tidak baik untuk digunakan sebagai pupuk dolomit, tetapi lebih tepat untuk keperluan lain. Untuk itu masih diperlukan pemetaan detail di lapangan untuk melokalisir kedua jenis dolomite tersebut.
Eksplorasi disamping untuk menentukan jumlah cadangan juga diperlukan untuk menginterpretasikan bentuk endapan, luas penyebaran dan struktur geologi. Dengan kurangnya data permukaan di lokasi pekerjaan maka pengukuran unsur-unsur geologi seperti strike/dip tidak dapat dilakukan sehingga bentuk endapan tidak diketahui secara tepat. Untuk itu perlu dilakukan pemboran maupun pembuatan sumur-sumur uji. Interpretasi bentuk dan perhitungan cadangan dilakukan berdasarkan korelasi dan pemboran/sumur uji dengan data geologi permukaan yang ada. Penambangan tidak memerlukan teknik rumit yaitu dapat dilakukan secara tradisional maupun mekanis tanpa peledakan.
Metode yang paling tepat dalam penambangan dolomit adalah dengan tambang terbuka yaitu sistem penambangan yang dilakukan pada atau dekat permukaan tanah dan tempat kerjanya bersentuhan langsung dengan atmosfir, dan hal ini dilakukan dengan sistem “quarry”. Produk dapat dipilih dalam bentuk “broken rock” ataupun “dimensional stone” tergantung pada kebutuhan. Oleh karena dolomit dilokasi ini pada umumnya telah terkekarkan maka produk yang paling memungkinkan sebagian besar adalah dalam bentuk “broken rock”.
Mengingat kondisi topografi yang secara garis besarnya merupakan daerah perbukitan (diperopleh dari hasil pengukuran) maka tipe penambangan yang paling tepat adalah “spiraside hill quarry tipe”. Beberapa fakor pertimbangan teknis yang perlu menjadi perhatian antara lain :
- Ultimate slope (pelongsoran tebing)
- Ukuran bench (tinggi kritis)
- pengaruh struktur geologi
- Drainese
Untuk itu pelu dilakukan analisa kemantapan lereng agar diperoleh fakor keamanan yang sesuai dengan sifat fisik batuan. Data parameter batuan yang diperlukan dalam analisa ini adalah kohesi, sudut geser dan kepadatan. Penghitungan fakor keamanan cukup dilakukan dengan cara “trial and error” dan factor keamanan yang diperlukan harus lebih besar dari 1,5 mengingat dolomit yang terdapat di lokasi ini telah mengalami pengekaran yang intensif. Pengolahan dolomit dilakukan dengan cara sederhana, bongkahan-bongkahan dolomit hasil dari penambangan diangkut ke unit pengolahan. Kemudian bongkah-bongkah ini di reduksi ukurannya dengan alat pemecah batu dan selanjutnya digiling untuk mendapatkan dolomit yang berukuran halus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar